si CaNtiK

si CaNtiK

Selasa, 04 Desember 2012

MEMBUAT KONSEP KARYA



DESKRIPSI KARYA SENI LUKIS
BERJUDUL: HOME SWEET HOME
Karya: Dwi Retno Sri Ambarwati, MSn





Judul : Home Sweet Home
Ukuran : 100x100 cm
Tahun : 2006
Media : Oil on canvas

Dipamerkan pada acara Penciptaan dan Pameran Seni Rupa Dosen Jurusan Pendidikan Seni Rupa .
A. LATAR BELAKANG PENCIPTAAN KARYA
            Pada dasarnya secara kodrati, manusia menyukai suatu keindahan, dan selalu mengagumi keindahan dan keunikan yang terjadi di sekitarnya maupun yang ada di alam, baik secara langsung maupun tidak langsung. Keunikan dan keindahan itu membangkitkan rasa senang, bahagia, sedih, dan haru. Rangkaian pen jelasan mulai dari tahap ide atau gagasan sampai dengan perwujudan dalam karya seni, semua tak lepas dari hasil pengamatan serta interaksi dengan keadaaan sekitar, maupun pengalaman pribadi. Keinginan untuk mengungkapkan pengalaman pribadi tersebut diekspresikan dalam seni lukis, dengan mengamati berbagai ssi menarik dalam kehidupan sehari-hari. Tahap penciptaan ini sendiri seperti: pengamatan, pematangan ide, persiapan alat dan bahan, serta visualisasi. 2                   
            Penciptaan karya seni ini dilatarbelakangi oleh pengamatan serta pengalaman saya pribadi pada masa remaja, tentang kebiasaan berkumpul di kamar tidur salah seorang teman dan saling bertukar cerita. Figur-figur wanita dengan kostum yang feminin sangat menarik bagi saya. Setelah mengamati dan membayangkan suatu obyek timbullah stimulus/rangsangan pada diri saya, selanjutnya saya menangkap suatu makna pada obyek tersebut secara pribadi sesuai dengan pengalaman. Biasanya obyek-obyek lukisan saya adalah suatu benda atau hal yang menimbulkan imajinasi, ide atau gagasan yang membuat saya tertarik untuk menciptakan suatu karya seni. Selanjutnya imajinasi tersebut saya ekspresikan dalam bentuk lukisan.

B. KONSEP KARYA
            Berkarya seni merupakan kebutuhan jiwa seorang seniman, yang berfungsi sebagai katarsis, penenang, dan sarana untuk mengeksplorasi ekspresi jiwa. Secara umum, pada awal proses penciptaaan karya seni, seniman bersentuhan dengan rangsangan yang sengaja ditentukannya maupun tak sengaja disentuhnya. Dalam persentuhan dengan rangsangan tersebut terjadi suatu gambaran bentuk ataupun suatu bentuk pemahaman dalam pemikirannya. Gambaran ataupun bentuk pemahaman itu adalah apa yang biasa disebut ide atau konsep, dimana di dalamnya tergambar dengan jelas tema, gaya, material yang digunakan, teknik yang diterapkan, komposisi dari elemen-elemen seni serta proses pembuatan karya seninya. Bentuk yang tercipta bias berasal dari imitasi alam, pengalaman pribadi, maupun keadaan yang ada di hadapan mata pelukis.Konsep lukisan ini diuraikan sebagai berikut:

1. Tema
               Tema dalam seni rupa menurut The Lexicon Webster Dictionary (1978:1019) berarti suatu hal yang yang menjadikan isi dari suatu ciptaan, hal ini biasanya dikutip dari dunia kenyataan, tetapi dilukiskan dengan memakai alat-alat kesenian semata-mata.
              Sesuai dengan pengertian di atas, maka pengertian tema adalah ide-ide yang mendasari atau yang menjadikan isi dalam penciptaan suatu lukisan. Jadi tema tema yang dimaksudkan adalah kehidupan sehari-hari yang terdiri dari motif berbagai 3 bentuk manusia yang disusun sedemikian rupa sehingga menjadi suatu tema. Motif dalam hal ini merupakan bentuk-bentuk yang mendukung suatu tema.
              Adapun ide dasar penciptaan karya lukis ini terinspirasi dari lingkungan rumah pelukis sendiri, yakni ruang keluarga rumah tinggal yang baru selesai dibangun setelah peristiwa gempa bumi 27 Mei 2006 silam. Rumah yang baru didirikan ini berupa rumah joglo dengan elaborasi kayu di semua elemen pembentuk ruangnya, sehingga kesannya sangat alami dan estetis menurut perspektif pelukis sendiri. Hal ini mendorong pelukis untuk mengabadikan suasana ini dalam bentuk lukisan. Tema ini sangat dipengaruhi oleh pengalaman pelukis sendiri serta diharapkan dapat mempengaruhi dan menyentuh perasaan orang yang menikmati atau melihatnya.

2. Gaya
              Penciptaan karya seni lukis merupakan kegiatan yang bersifat pribadi, dimana lukisan merupakan cerminan dari perasaan, kreativitas, individualitas atau kepribadian pelukisnya, sehingga sehubungan dengan hal ini dalam seni lukis dikenal adanya istilah gaya pribadi, sebagaimana pendapat Sudarmadji (1979:29), bahwa suatu karya seni merupakan karya perseorangan dan harus mencerminkan perseorangan.
              Terkait dengan pendapat di atas, gaya lukisan ini pun menganut gaya perseorangan seniman sendiri atau gaya pribadi yang didasari konsep gaya Dekoratif , dimana setiap detail dari bidang gambar digarap sempurna dan bertujuan untuk menghias seindah-indahnya. Tidak ada bagian yang lebih menonjol atau difokuskan, karena semua memiliki penonjolan yang sama dan dengan intensitas warna yang setara pula. Dalam upaya memperindah setiap detail, latar belakang dihias bentuk-bentuk dekoratif sesuai dengan gaya lukisan.

3. Material
              Menurut W.J.S. Poerwadarminta (1950:58) material berarti bahan, bakal, barang yang akan dijadikan atau untuk membuat barang yang lain.
              Dalam mengekspresikan ide, dituntut kepiawaian dalam memilih material yang cocok, agar ide yang akan diekspresikan sesuai dengan yang direncanakan, seperti 4 pendapat Fajar Sidik (1978:10) bahwa antara material dan seniman selalu terjaga semacam proses dialektik yang bisa berbeda-beda sehubungan dengan material yang berbeda-beda. Seringkali untuk mewujudkan maksud sebulat-bulatnya diperlukan material setepat-tepatnya.
              Lukisan ini menggunakan bahan kanvas berukuran 60x70 cm dan cat akrilic. Pemilihan bahan dan media didasarkan atas pertimbangan bahwa cat akrilik memiliki warna yang cerah dan mudah diterapkan pada media kertas maupun kanvas.

4. Teknik
              Dalam Encyclopedy of World Art (1967:965) dijelaskan bahwa teknik merupakan suatu pedoman untuk mengerjakan dengan atau tanpa bantuan alat-alat yang dilakukan seniman dalam mengolah berbagai macam material menjadi suatu bentuk karya seni.
              Adapun teknik yang digunakan dalam lukisan ini adalah cat akrilic dengan teknik opaque sebagaimana pendapat Rasmussen (1950:16) yakni cat dikuaskan secara tipis, akan tetapi warna-warna yang dihasilkan bersifat menutup bidang, artinya apabila diletakkan pada warna yang lain maka warna yang ditumpangi menjadi tidak nampak.

5. Komposisi
              Dalam penciptaan karya seni, aspek komposisi harus diperhitungkan dengan cermat untuk mendapatkan susunan yang memperhatikan prinsip-prinsip komposisi yakni kesatuan, keselarasan, keseseimbangan, proporsi yanh baij dan memiliki vocal point yang menjadi titik pusat perhatian. Adapun aspek yang dikomposisikan dalam penciptaan suatu karya seni disebut unsur-unsur seni rupaseperti diuraikan sebagai berikut.

     a. Garis
              Garis adalah goresan dan batas limit dari suatu benda, massa, ruang, warna, dan lain-lain (Fajar Sidik dan Aming Prayitno, 1979:3). Sementara enurut Mikke Susanto (2002:45), garis adalah perpaduan sejumpah titik yang sejajar dan sama besar, memilki dimensi memanjang dan punya arah, bisa pendek, panjang, halus, 5 tebal, berombak, melengkung, lurus, dan lain-lain. Garis dominan sebagai unsur karya seni dapat disejajarkan dengan peranan warna. Penggunaan garis secara matang dan benar dapat pula emmbentuk kesan tekstur nada dan nuansa seperti volume.
   
     b. Warna
              Warna adalah kesan yang ditimbulkan oleh cahaya pada mata. Warna merupakan salah satu bagian terpenting dalam pembuatan sebuah karya seni lukis. Warna juga dapat digunakan tidak demi bentuk tapi demi warna itu sendiri, untuk mengungkapkan kemngkinan-kemungkinan keindahannya serta digunakan untuk berbagai oengekspresian rasa secara psikologis. (Fajar Sidik dan Aming Prayitno, 1979:7).
              Warna yang digunakan dalam karya seni lukis berjudul “Home Sweet Home” ini cukup banyak, yakni coklat, merah, kuning, hijau, ungu, biru dan warna campuran dari beberapa warna. Penggunaan banyak warna ini memang sudah menjadi ciri khas pelukis yang selalu ingin menggunakan warna yang bermacam-macam dalam setiap karya, dimana warna yang sama tidak diterapkan pada obyek yang berdekatan.

     c. Tekstur
              Tekstur adalah nilai raba pada suat permukaan benda, baik nyata maupun semu. (Fajar Sidik dan Aming Prayitno, 1979:7). Tekstur adalah sifat permukaan yakni lembut, licin, lunak ataupun keras. Menurut Rasjoyo (1987:42) tektur dibatasi sebagai rasa permukaan atau penggambaran sifat permukaan.
              Berdasarkan definisi di atas, maka tekstur mampu memperkaya nilai suatu karya seni dengan memberikan irama dan dinamika pada aspek permukaannya sehingga suatu karya seni dapat lebih menarik.

     d. Ruang
              Menurut Djelantik (192:21), ruang adalah kumpulan beberapa bidang, kumpulan dimensi yang terdiri atas panjang, lebar, dan tinggi; ilusi yang dibuat dengan pengelolaan bidang dan garis, dibantu oleh warna (sebagai unsur penunjang) yang mampu menciptakan ilusi sinar atau bayangan yang melipiti perspektif dan 6 kontras gelap terang. Jadi pengertian ruang disini dikaitkan dengan bidang dan keluasan.

6. Proses Penciptaan Karya
              Adapun prosesnya terlebih dahulu dibuat semacam rancangan lukisan menggunakan pensil. Tahap ini bertujuan untuk menghindari kesalahan pada saat penyapuan warna. Setelah desain dengan pensil jadi kemudian diberi warna sesuai keinginan dengan menggunakan cat akrilik yang diencerkan dengan air kemudian dikuaskan pada obyek secara menyeluruh. Terlebih dulu warna cat akrilik yang diinginkan dimasukkan ke dalam palet, kemudian diolah dengan mencampurkan warna lain sesuai hasil yang diharapkan dan diencerkan dengan minyak.Selain menggunakan akrilik, pelukis juga menggunakan cat minyak.
              Warna-warna seperti merah, kuning, hijau, secara intensif digunakan karena merupakan perpaduan warna harmonis dan berkesan sejuk. Proses selanjutnya adalah penyelesaian setiap detail dan diakhiri dengan pemberian kontur pada setiap obyek dengan menggunakan cat akrilik warna hitam. Kontur disini dimaksudkan untuk mempertegas dan mempertajam bentuk sehingga perbedaan antara obyek dengan latar belakang menjadi jelas.
  
C. PENUTUP
              Berdasarkan uraian didepan, dapat disimpulkan bahwa ide dasar penciptaan karya lukis ini adalah suasana ruang keluarga dari rumah baru pelukis yang baru selesai didirikan setelah peristiwa gempa bumi. Dalam proses penciptaan, berawal dari apa yang dilihat, dibayangkan dan pernah dialami oleh pelukis, kemudian diresapi, diendapkan, direnungkan dengan maksud meresapi nilai-nilai estetik maupun artistik. Kemudian dilanjutkan dengan dengan proses ekspresi menjadi lukisan denga medium cat akrilik dan cat minyak di atas kanvas. Gaya yang diterapkan bisa disebut Gaya Dekoratif dengan mengembangkannya sesuai gaya pribadi pelukis sendiri, sedangkan bahan yang digunakan kanvas dan cat akrilik dan cat minyak dengan teknik opaque.
              Diharapkan karya lukisan ini bisa diapresiasi dan menjadi motivasi bagi segenap lapisan masyarakat dan mampu menambah khasanah lukisan yang bertemakan wanita di tanah air kita.

DAFTAR PUSTAKA
……………1967. Encyclopedy of World Art Vol. XIII, New York; Mc
Graw Hill Book Company.
Fajar Sidik. 1978. Diktat Kritik Seni, STSRI-ASRI, Yogyakarta.
Fajar Sidik & Aming Prayitno. 1979. Desain Elementer. Yogyakarta: STSRI ASRI.
Mikke Susanto. 2002. Diksi Rupa. Yogyakarta: Kanisius.
Poerwodarminto, W.J.S. 1950. Ensiklopedia Indonesia
Rasmussen,Henry N. 1950. Art Structure, New York: Mc Graw Hill Book
Company.
Rasjoyo. 1973. Pendidikan Seni Rupa. Jakarta: Erlangga.
Sudarmadji (1979), Dasar-dasar Kritik Seni Rupa, Jakarta; Dinas Museum
dan Sejarah, Pemerintah DKI.
....................(1978) The Lexicon Webster Dictionary, The English Language
Institute of America.

Jumat, 31 Agustus 2012

GAMBAR MISTAR ORNAMEN


MENBGGAMBAR MISTAR ORNAMEN


Menggambar Ornamen Mistar
Oleh: Ade Gunawan
Menggambar ornamen mistar atau dalam istilah kesenirupaan sering disebut juga Menggambar Mistar Ornamen (MMO) merupakan kegiatan menggambar ornamen atau ragam hias dengan menggunakan alat bantu mistar atau penggaris. Selain itu digunakan pula alat bantu berupa jangka, penggaris segitiga (segitiga siku-siku yang mempunyai sudut 90, 60, 45, dan 30 derajat)., mal, trekpen, rapido (dapat pula menggunakan - drawing pen) yang memiliki ukuran ketebalan garis yang tepat, maupun alat bantu lainnya guna memper-mudah pengerjaan gambar.
Dalam perkembangannya, gambar ornamen mistar saat ini banyak dibuat dengan teknik digital melalui beberapa program yang ada dalam komputer seperti program CorellDraw, Paint, Autocad, dan lain-lain.
Akan tetapi proses pembuatan secara manual tetap diperlukan karena tidak semua motif atau jenis gambar ornamen mistar dapat ditempuh melalui komputer.
Dalam menggambar ornamen mistar dituntut ketelitian menggunakan teknik yang benar dan ukuranukuran
yang tepat karena gambar seperti ini merupakan bagian dari menggambar teknik, seperti gambar arsitektur (interior maupun eksterior). Dengan kata lain, menggambar ornamen mistar merupakan langkah awal untuk belajar gambar teknik seperti gambar proyeksi dalam desain arsitektur.
Gambar ornamen mistar banyak diterapkan pada desain interior seperti desain tegel keramik, desain plafon, kaca hias, desain teralis sebuah pagar atau jendela, wallpaper, dan lain-lain. Motif yang dipakai dlam gambar ornamen mistar banyak dikembangkan dari bentuk-bentuk geometris seperti, lingkaran, segitiga, segiempat, segilima, segienam dan seterusnya. Namun, dapat pula menggunakan motif lain, asalkan proses
pembuatannya tetap menggunakan alat bantu yang telah disebutkan di atas.
Berikut ini akan dijelaskan teknik menggambar bentuk-bentuk dasar geometris yang dapat
dikembangkan menjadi motif gambar ornamen mistar:
MEMBUAT BENTUK-BENTUK DASAR GEOMETRIS