DESKRIPSI KARYA SENI LUKIS
BERJUDUL: HOME SWEET HOME
Karya: Dwi Retno Sri Ambarwati, MSn
Judul : Home Sweet Home
Ukuran : 100x100 cm
Tahun : 2006
Media : Oil on canvas
Dipamerkan pada acara Penciptaan dan Pameran Seni Rupa Dosen
Jurusan Pendidikan Seni Rupa .
A. LATAR BELAKANG PENCIPTAAN KARYA
Pada dasarnya secara kodrati, manusia menyukai suatu
keindahan, dan selalu mengagumi keindahan dan keunikan yang terjadi di
sekitarnya maupun yang ada di alam, baik secara langsung maupun tidak langsung.
Keunikan dan keindahan itu membangkitkan rasa senang, bahagia, sedih, dan haru.
Rangkaian pen jelasan mulai dari tahap ide atau gagasan sampai dengan
perwujudan dalam karya seni, semua tak lepas dari hasil pengamatan serta
interaksi dengan keadaaan sekitar, maupun pengalaman pribadi. Keinginan untuk
mengungkapkan pengalaman pribadi tersebut diekspresikan dalam seni lukis,
dengan mengamati berbagai ssi menarik dalam kehidupan sehari-hari. Tahap
penciptaan ini sendiri seperti: pengamatan, pematangan ide, persiapan alat dan
bahan, serta visualisasi. 2
Penciptaan karya seni ini dilatarbelakangi oleh
pengamatan serta pengalaman saya pribadi pada masa remaja, tentang kebiasaan
berkumpul di kamar tidur salah seorang teman dan saling bertukar cerita.
Figur-figur wanita dengan kostum yang feminin sangat menarik bagi saya. Setelah
mengamati dan membayangkan suatu obyek timbullah stimulus/rangsangan pada diri
saya, selanjutnya saya menangkap suatu makna pada obyek tersebut secara pribadi
sesuai dengan pengalaman. Biasanya obyek-obyek lukisan saya adalah suatu benda
atau hal yang menimbulkan imajinasi, ide atau gagasan yang membuat saya
tertarik untuk menciptakan suatu karya seni. Selanjutnya imajinasi tersebut
saya ekspresikan dalam bentuk lukisan.
B. KONSEP KARYA
Berkarya seni merupakan kebutuhan jiwa seorang seniman,
yang berfungsi sebagai katarsis, penenang, dan sarana untuk mengeksplorasi
ekspresi jiwa. Secara umum, pada awal proses penciptaaan karya seni, seniman
bersentuhan dengan rangsangan yang sengaja ditentukannya maupun tak sengaja
disentuhnya. Dalam persentuhan dengan rangsangan tersebut terjadi suatu
gambaran bentuk ataupun suatu bentuk pemahaman dalam pemikirannya. Gambaran
ataupun bentuk pemahaman itu adalah apa yang biasa disebut ide atau konsep,
dimana di dalamnya tergambar dengan jelas tema, gaya, material yang digunakan,
teknik yang diterapkan, komposisi dari elemen-elemen seni serta proses
pembuatan karya seninya. Bentuk yang tercipta bias berasal dari imitasi alam,
pengalaman pribadi, maupun keadaan yang ada di hadapan mata pelukis.Konsep
lukisan ini diuraikan sebagai berikut:
1. Tema
Tema
dalam seni rupa menurut The Lexicon Webster Dictionary (1978:1019)
berarti suatu hal yang yang menjadikan isi dari suatu ciptaan, hal ini biasanya
dikutip dari dunia kenyataan, tetapi dilukiskan dengan memakai alat-alat
kesenian semata-mata.
Sesuai dengan pengertian di atas,
maka pengertian tema adalah ide-ide yang mendasari atau yang menjadikan isi
dalam penciptaan suatu lukisan. Jadi tema tema yang dimaksudkan adalah
kehidupan sehari-hari yang terdiri dari motif berbagai 3 bentuk manusia yang
disusun sedemikian rupa sehingga menjadi suatu tema. Motif dalam hal ini
merupakan bentuk-bentuk yang mendukung suatu tema.
Adapun ide dasar penciptaan karya
lukis ini terinspirasi dari lingkungan rumah pelukis sendiri, yakni ruang
keluarga rumah tinggal yang baru selesai dibangun setelah peristiwa gempa bumi
27 Mei 2006 silam. Rumah yang baru didirikan ini berupa rumah joglo dengan
elaborasi kayu di semua elemen pembentuk ruangnya, sehingga kesannya sangat
alami dan estetis menurut perspektif pelukis sendiri. Hal ini mendorong pelukis
untuk mengabadikan suasana ini dalam bentuk lukisan. Tema ini sangat dipengaruhi
oleh pengalaman pelukis sendiri serta diharapkan dapat mempengaruhi dan
menyentuh perasaan orang yang menikmati atau melihatnya.
2.
Gaya
Penciptaan karya seni lukis
merupakan kegiatan yang bersifat pribadi, dimana lukisan merupakan cerminan
dari perasaan, kreativitas, individualitas atau kepribadian pelukisnya,
sehingga sehubungan dengan hal ini dalam seni lukis dikenal adanya istilah gaya
pribadi, sebagaimana pendapat Sudarmadji (1979:29), bahwa suatu karya seni
merupakan karya perseorangan dan harus mencerminkan perseorangan.
Terkait dengan pendapat di atas,
gaya lukisan ini pun menganut gaya perseorangan seniman sendiri atau gaya
pribadi yang didasari konsep gaya Dekoratif , dimana setiap detail dari bidang
gambar digarap sempurna dan bertujuan untuk menghias seindah-indahnya. Tidak
ada bagian yang lebih menonjol atau difokuskan, karena semua memiliki
penonjolan yang sama dan dengan intensitas warna yang setara pula. Dalam upaya
memperindah setiap detail, latar belakang dihias bentuk-bentuk dekoratif sesuai
dengan gaya lukisan.
3.
Material
Menurut W.J.S. Poerwadarminta
(1950:58) material berarti bahan, bakal, barang yang akan dijadikan atau untuk
membuat barang yang lain.
Dalam mengekspresikan ide,
dituntut kepiawaian dalam memilih material yang cocok, agar ide yang akan
diekspresikan sesuai dengan yang direncanakan, seperti 4 pendapat Fajar Sidik
(1978:10) bahwa antara material dan seniman selalu terjaga semacam proses
dialektik yang bisa berbeda-beda sehubungan dengan material yang berbeda-beda.
Seringkali untuk mewujudkan maksud sebulat-bulatnya diperlukan material
setepat-tepatnya.
Lukisan ini menggunakan bahan
kanvas berukuran 60x70 cm dan cat akrilic. Pemilihan bahan dan media didasarkan
atas pertimbangan bahwa cat akrilik memiliki warna yang cerah dan mudah
diterapkan pada media kertas maupun kanvas.
4.
Teknik
Dalam Encyclopedy of World Art (1967:965)
dijelaskan bahwa teknik merupakan suatu pedoman untuk mengerjakan dengan atau
tanpa bantuan alat-alat yang dilakukan seniman dalam mengolah berbagai macam
material menjadi suatu bentuk karya seni.
Adapun teknik yang digunakan dalam
lukisan ini adalah cat akrilic dengan teknik opaque sebagaimana pendapat
Rasmussen (1950:16) yakni cat dikuaskan secara tipis, akan tetapi warna-warna
yang dihasilkan bersifat menutup bidang, artinya apabila diletakkan pada warna
yang lain maka warna yang ditumpangi menjadi tidak nampak.
5.
Komposisi
Dalam penciptaan karya seni, aspek
komposisi harus diperhitungkan dengan cermat untuk mendapatkan susunan yang
memperhatikan prinsip-prinsip komposisi yakni kesatuan, keselarasan,
keseseimbangan, proporsi yanh baij dan memiliki vocal point yang menjadi titik
pusat perhatian. Adapun aspek yang dikomposisikan dalam penciptaan suatu karya
seni disebut unsur-unsur seni rupaseperti diuraikan sebagai berikut.
a. Garis
Garis adalah goresan dan batas
limit dari suatu benda, massa, ruang, warna, dan lain-lain (Fajar Sidik dan
Aming Prayitno, 1979:3). Sementara enurut Mikke Susanto (2002:45), garis adalah
perpaduan sejumpah titik yang sejajar dan sama besar, memilki dimensi memanjang
dan punya arah, bisa pendek, panjang, halus, 5 tebal, berombak, melengkung,
lurus, dan lain-lain. Garis dominan sebagai unsur karya seni dapat disejajarkan
dengan peranan warna. Penggunaan garis secara matang dan benar dapat pula
emmbentuk kesan tekstur nada dan nuansa seperti volume.
b. Warna
Warna adalah kesan yang
ditimbulkan oleh cahaya pada mata. Warna merupakan salah satu bagian terpenting
dalam pembuatan sebuah karya seni lukis. Warna juga dapat digunakan tidak demi
bentuk tapi demi warna itu sendiri, untuk mengungkapkan kemngkinan-kemungkinan
keindahannya serta digunakan untuk berbagai oengekspresian rasa secara
psikologis. (Fajar Sidik dan Aming Prayitno, 1979:7).
Warna yang digunakan dalam karya
seni lukis berjudul “Home Sweet Home” ini cukup banyak, yakni coklat, merah,
kuning, hijau, ungu, biru dan warna campuran dari beberapa warna. Penggunaan
banyak warna ini memang sudah menjadi ciri khas pelukis yang selalu ingin
menggunakan warna yang bermacam-macam dalam setiap karya, dimana warna yang
sama tidak diterapkan pada obyek yang berdekatan.
c. Tekstur
Tekstur adalah nilai raba pada
suat permukaan benda, baik nyata maupun semu. (Fajar Sidik dan Aming Prayitno,
1979:7). Tekstur adalah sifat permukaan yakni lembut, licin, lunak ataupun
keras. Menurut Rasjoyo (1987:42) tektur dibatasi sebagai rasa permukaan atau
penggambaran sifat permukaan.
Berdasarkan definisi di atas, maka
tekstur mampu memperkaya nilai suatu karya seni dengan memberikan irama dan
dinamika pada aspek permukaannya sehingga suatu karya seni dapat lebih menarik.
d. Ruang
Menurut Djelantik (192:21), ruang
adalah kumpulan beberapa bidang, kumpulan dimensi yang terdiri atas panjang,
lebar, dan tinggi; ilusi yang dibuat dengan pengelolaan bidang dan garis,
dibantu oleh warna (sebagai unsur penunjang) yang mampu menciptakan ilusi sinar
atau bayangan yang melipiti perspektif dan 6 kontras gelap terang. Jadi
pengertian ruang disini dikaitkan dengan bidang dan keluasan.
6.
Proses Penciptaan Karya
Adapun prosesnya terlebih dahulu
dibuat semacam rancangan lukisan menggunakan pensil. Tahap ini bertujuan untuk
menghindari kesalahan pada saat penyapuan warna. Setelah desain dengan pensil
jadi kemudian diberi warna sesuai keinginan dengan menggunakan cat akrilik yang
diencerkan dengan air kemudian dikuaskan pada obyek secara menyeluruh. Terlebih
dulu warna cat akrilik yang diinginkan dimasukkan ke dalam palet, kemudian
diolah dengan mencampurkan warna lain sesuai hasil yang diharapkan dan
diencerkan dengan minyak.Selain menggunakan akrilik, pelukis juga menggunakan
cat minyak.
Warna-warna seperti merah, kuning,
hijau, secara intensif digunakan karena merupakan perpaduan warna harmonis dan
berkesan sejuk. Proses selanjutnya adalah penyelesaian setiap detail dan
diakhiri dengan pemberian kontur pada setiap obyek dengan menggunakan cat
akrilik warna hitam. Kontur disini dimaksudkan untuk mempertegas dan
mempertajam bentuk sehingga perbedaan antara obyek dengan latar belakang
menjadi jelas.
C.
PENUTUP
Berdasarkan uraian didepan, dapat
disimpulkan bahwa ide dasar penciptaan karya lukis ini adalah suasana ruang
keluarga dari rumah baru pelukis yang baru selesai didirikan setelah peristiwa
gempa bumi. Dalam proses penciptaan, berawal dari apa yang dilihat, dibayangkan
dan pernah dialami oleh pelukis, kemudian diresapi, diendapkan, direnungkan
dengan maksud meresapi nilai-nilai estetik maupun artistik. Kemudian
dilanjutkan dengan dengan proses ekspresi menjadi lukisan denga medium cat
akrilik dan cat minyak di atas kanvas. Gaya yang diterapkan bisa disebut Gaya
Dekoratif dengan mengembangkannya sesuai gaya pribadi pelukis sendiri,
sedangkan bahan yang digunakan kanvas dan cat akrilik dan cat minyak dengan teknik
opaque.
Diharapkan karya lukisan ini bisa
diapresiasi dan menjadi motivasi bagi segenap lapisan masyarakat dan mampu
menambah khasanah lukisan yang bertemakan wanita di tanah air kita.
DAFTAR PUSTAKA
……………1967. Encyclopedy
of World Art Vol. XIII, New York; Mc
Graw Hill Book Company.
Fajar Sidik. 1978. Diktat
Kritik Seni, STSRI-ASRI, Yogyakarta.
Fajar Sidik & Aming
Prayitno. 1979. Desain Elementer. Yogyakarta: STSRI ASRI.
Mikke Susanto. 2002.
Diksi Rupa. Yogyakarta: Kanisius.
Poerwodarminto, W.J.S.
1950. Ensiklopedia Indonesia
Rasmussen,Henry N. 1950. Art
Structure, New York: Mc Graw Hill Book
Company.
Rasjoyo. 1973. Pendidikan
Seni Rupa. Jakarta: Erlangga.
Sudarmadji (1979), Dasar-dasar
Kritik Seni Rupa, Jakarta; Dinas Museum
dan Sejarah, Pemerintah
DKI.
....................(1978)
The Lexicon Webster Dictionary, The English Language
Institute of America.